Akhirnya Bisa Buka Puasa di Rumah

Juni 06, 2017 0



Ahoy, selamat datang di blog baru yang ala kadarnya ini. Ini postingan pertama lho!

Di postingan pertama ini, mau share pengalaman pulang ke rumah untuk berbuka puasa di rumah bareng keluarga. Sedikit cerita, saya manusia baru lulus sekolah menengah atas tahun 2016. Awalnya sih niat melanjutkan kuliah, bahkan pernah diterima di IA*N Purwokerto lewat jalur SPAN-PTKIN jurusan Ekonomi Syariah. Waktu itu hanya tinggal daftar ulang tapi pada akhirnya tidak saya ambil.

Dan akhirnya daripada menganggur, saya memutuskan untuk mencoba mencari pekerjaan. Dan setelah beberapa bulan menganggur, akhirnya dapat juga pekerjaan di sebuah perusahaan ritel sebagai pramuniaga. Ya mau bagaimana lagi, maklum saja wong cuma lulusan SMA. Bagaimanapun juga tetap saja harus disyukuri karena di luar sana banyak yang masih bingung buat cari kerja.

Sebagai pramuniaga, jadwal memang kurang begitu enak, liburnya nggak tentu, kalau weekend sama tanggal merah itu tetep kerja. Bukan masalah sih, nikmati saja apa yang ada dengan ikhlas jadi nggak merasa terbebani.

Beberapa bulan sebagai pramuniaga, akhirnya tibalah di bulan yang penuh berkah ini, bulan Ramadhan. Nah, pada hari ke-4 puasa saya dapat libur *akhirnyaaaa. Saya memutuskan untuk pulang ke rumah di Kebumen kangen suasana buka puasa di rumah, kangen nonton tv di rumah juga *maklum anak rumahan*.

Hari Selasa, saya dapat shift pagi dan sorenya sekitar setengah 5 saya langsung otewe pulang. Baru beberapa menit perjalanan dimulai, saya memutuskan untuk isi Pertalite di SPBU terdekat sekaligus sholat Ashar. Lucunya pas mau sholat ashar saya ngga tau arah, mana barat mana timur. Musholanya pun ngga ada petunjuk arah kiblatnya. Saya ambil wudhu lalu masuk ke mushola.

Di dalam mushola, saya melihat dua orang suami istri yang juga tengah melaksanakan sholat Ashar. 'Wah, syukur ada yang lagi sholat, tinggal ikutin aja arahnya', begitu gumamku dalam hati. Ketika sedang menata barang bawaan dalam tas, lalu masuk pula seorang laki-laki yang juga hendak sholat. 'Lho, kok arahnya beda? Yang bener yang mana?', tanyaku sendiri. Lucu lah, bisa-bisanya satu mushola kok arah kiblatnya beda. Saya bingung mau ikut yang mana dan akhirnya saya ingat kalau smartphone saya ada fitur kompasnya juga. Dan masalah terpecahkan. *horee*


Setelah melihat kompas, ternyata arah yang benar itu bapak-bapak yang terakhir masuk jadi saya ikut arah sholatnya. Seusai sholat saya ambil uang di ATM dulu di pom bensin. Tangki saya isi full pertalite. *klunthing* Uang merah satu lembar langsung jadi berlembar-lembar. Sekitar pukul 5 lebih saya mulai melanjutkan perjalanan kembali.

Tak terasa, hari mulai makin gelap, mobil-mobil mulai menyalakan lampunya. Sampai di daerah Banyumas tepatnya di daerah yang saya ngga tahu namanya, yang saya tahu jalan itu melewati Desa Karangrau soalnya teman saya tinggal di situ, jalan mulai menanjak ada pengendara motor ngebut nyalip mendahului saya *wuuuussss*. Beberapa detik kemudian, ada seekor ayam hendak menyebrang *saya liat dari kejauhan*.

Ayam itu lalu menyebrang dengan gagahnya, tiba-tiba *sraaakkk* *petok-petok* si ayam tersungkur dan kejang-kejang tertabrak pengendara yang baru saja nyalip tadi *sungguh ayam yang malang*. Pengendara motor tersebut oleng, untungnya masih bisa menjaga keseimbangan dan langsung kabur meninggalkan ayam jago yang sekarat. Di situlah terjadi tabrak lari antara pengendara motor ngebut dan ayam jago gagah yang malang. Ayam itu lalu ditolong orang berada di warung dekat tempat kejadian perkara (TKP). Mungkin si ayam langsung di sembeleh mengingat keadaanya yang belum mati *mantap nih buat buka puasa*. Dengan sok tega saya meninggalkan si ayam tergeletak dan melanjutkan perjalanan.

Beberapa menit di perjalanan, terdengarlah suara adzan berkumandang menandakan waktu berbuka puasa. Saya tetap berkendara hingga pada akhirnya pom bensin menghentikan laju motor saya untuk numpang sholat dan berbuka puasa. Baru duduk di samping mushola SPBU, saya ditawari takjil oleh petugas SPBU. Ngga mau menolak rezeki saya terima itu takjil, walaupun sebenarnya di tas ada buah pengganti katering dari perusahaan untuk yang shift pagi.

Alhamdulillah, suasananya menyenangkan, tidak sendirian banyak juga orang-orang yang mampir berbuka dan sholat di SPBU tersebut. Beberapa menit setelah berbuka puasa, saya mengambil wudhu. Di tempat wudhu yang ala kadarnya ini ada ibu-ibu yang juga sedang berwudhu. Karena tempat wudhunya campur jadi saya tunggu si ibu selesai wudhu setelah itu giliran saya berwudhu. Setelah berwudhu, ternyata ibu-ibu tadi menunggu saya dan mengajak sholat berjamaah. Dalam hati agak deg-degan soalnya baru pertama kali menjadi imam di sholat maghrib yang mana lafadznya harus diucapkan. Tapi apa boleh buat, bermodalkan yakin akhirnya saya beranikan diri membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya. Alhamdulillahnya, pengalaman itu membuat saya jadi berani menjadi imam di sholat-sholat yang harus di suarakan bacaannya dan di tempat kerja beberapa kali menjadi imam dengan rekan-rekan.

Seusai sholat saya duduk di teras sembari makan buah pir lalu ibu yang tadi sholat bareng nyapa saya 'Mari, mas'. 'Nggih bu, mari' jawab saya. Di situ saya merasakan wah ternyata asik juga buka dengan suasana seperti ini. Lalu pukul setengah tujuh lebih saya kembali melanjutkan perjalanan dengan Astrea Grand buatan tahun 1995. Perlu diketahui, meskipun motor tua tapi berbagai cerita telah kita lewati. Motor tua ini pernah menemani saya mendaki Gunung Prau di Wonosobo dengan seseorang yang cukup spesial hingga hari ini. Lain kali saya ceritakan pengalaman dengan Astreaku ini menaklukan Gunung Prau. *hahaha*. Pernah juga sampai ke Cilacap, Jakarta, dan ngetrip keliling pantai di Kabupaten Kebumen, dan sekarang mengantar saya pulang pergi Kebumen-Purwokerto.


*Lanjut ke perjalanan pulang*

Dengan kecepatan standar saya mulai meninggalkan SPBU karena saya tidak berani ngebut karena banyak jalanan yang sedang ditambal dan penerangan yang kurang. Perjalanan terasa lama, ingin ngebut tapi takut, pelan-pelan tapi pengen cepet-cepet sampai rumah. Apalagi banyak bus-bus yang sopirnya punya motto 'Sing Penting Yakin' mentang-mentang gede jadi sesuka hati mengendarainya salip sana salip sini, ngembat jalan orang.

Lama perjalanan dengan penuh waspada dan kehati-hatian akhirnya sampai di daerah Sumpyuh di mana di situ ada jalan alternatif baru yang masih sepi. Dengan maksud menghindari bus-bus malam yang kadang mengancam jiwa dan truk-truk besar yang bikin kesabaran abis karena saking pelannya saya memilih lewat jalur alternatif. *Ngeeeeengggg ngeeenggg* enak banget jalanan sepi, hanya beberapa mobil saja yang lewat. Sampai akhirnya sampai di perempatan yang sepinya mirip kuburan. Lampu lalu lintas saat itu merah, saya berhenti meskipun sepi, lalu tiba-tiba ada bus dari arah belakang *telolet telolet*. Betapa terkejutnya jiwa ini, hampir saja keserempet. Ternyata si busnya nerobos lampu merah. Melihat itu tergodalah diri ini yang penuh dosa untuk ikutan nerobos. *Ngeeeng*

Di perempatan kedua, beruntung lampu lalu lintas sedang hijau jadi langsung bablas aja. Lalu di jalan yang agak naik turun sangat sepi tanpa lampu penerangan saya tiba-tiba ingat do'a bepergian dan naik kendaraan yang pernah diajarkan seseorang, hanya saja saya masih belum hafal sampai saat ini. Sambil mengingat-ingat do'a tersebut tiba-tiba *gubrak* *sreettttt* *kradak kradak* ada lubang cukup dalam bersembunyi dalam kegelapan. Alhasil motor saya rusak karena lubang tersebut. Saya berhenti, untungnya tepat di tempat saya berhenti ada warung es degan kecil. Saya ditolong bapak-bapak pedagang es degan dan motor pun diperiksa.

Ternyata, kerusakan bersumber dari penutup rantai yang sobek dan masuk ke jari-jari motor. Dengan alat seadanya besi yang masuk ke jari-jari berhasil diluruskan. Terimakasih banyak buat bapak-bapak yang telah membantu saya pada saat itu. Perjalanan kembali dilanjutkan, si astrea yang sudah renta ini kembali mengaspal.

Akhirnya, sampailah di persimpangan yang mempertemukan jalan utama tepatnya daerah Tambak, di situ, mulai masuk kawasan ramai. Dulu-dulu sempat baper kalau lewat tempat itu karena sesuatu, tapi sekarang sudah enggak kok. *hahaha*.

Perjalanan terus berlanjut. Perasaan lega muncul ketika melewati gapura perbatasan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Kebumen. Masuk daerah Kebumen kecepatan agak ditambah *nggak sabar pengen cepet sampe rumah*.

Finally, sampailah di Sakal Putung, lampu sein saya nyalakan untuk memberi aba-aba saya mau belok kanan. Akhirnya masuk ke Jl. Karangbolong, 9 kilometer lagi sampai rumah. Di jalan Karangbolong jalanan lengan karena orang-orang mungkin sedang sholat tarawih hanya di beberapa titik saja terlihat ramai seperti di dekat persimpangan, Alfa*art, dan warung-warung.

Di sebuah titik tepatnya memasuki daerah Karang Sari si Astrea harus menurunkan kecepatannya dari lambat menjadi sangat lambat. Hal ini dikarenakan jalan yang hancur penuh lumpur. Lewat jalan itu, saya merasa sedang main offroad karena benar-benar parah rusaknya. *Pak bupati, gimana nih, mau lebaran jalannya kok rusak*. Tantangan offroad pertama dadakan telah terlewati, lalu sampai di daerah Danasri tantangan offroad dadakan part 2 menanti. Rusaknya hampir sama seperti yang di daerah Karang Sari hanya saja tidak sepanjang yang pertama. Jalanan rusak itu saya lewati dengan penuh sabar, ketabahan, serta kewaspadaan.

Setelah melewati jalan itu, saya hanya tinggal lurus, masuk gang, dan sampailah di rumah. *akhirnyaaa* *tarik nafas*.

Pada akhirnya, tulisan ini tidak sesuai judulnya, karena gagal rencana buka puasa di rumah soalnya sudah buka di pom bensin *hiks*.

Tapi dari perjalanan itu, hikmahnya adalah ada banyak tantangan dan cobaan untuk mencapai sebuah tujuan. Intinya jangan mudah menyerah. Sekian untuk postingan pertama. Mohon maaf kalau tulisannya masih berantakan.